5 Warga Jabar Ngaku Dianiaya, Nahkoda Di Atas KM Nusantara Indah 28

Hukum & Kriminal

Kepulauan Aru,CakraNEWS.ID- Lima orang  warga Jawa Barat (Jabar) atas nama  Arif Aryanto (40), Gugun Safrudin (51), Phatoni (28), Egi Juliawan (21), dan Didin Saiepudin (54) menjalani hari-hari yang dramatis di atas kapal ikan KM Nusanatara Indah 28.

Mereka mengaku, selama bekerja di atas kapal tersebut, bukannya mendapatkan hasil lebih sesuai apa yang diiming – imingi oleh para calo, tapi malah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Nahkoda KM Nusantara Indah 28. Mereka kerap disiksa dan diperlakukan semena-mena.

“Saya dan teman-teman ini sering mendapat tekanan dan penganiayaan fisik dari Taikong (Nahkoda) kapal. Bahkan diantara kita ini, termasuk saya sendiri pernah dibakar dengan pontong rokok,” ungkap Arif Aryanto, salah satu dari lima ABK itu, Sabtu (18/9/2021).

Senada, Gugun Safrudin juga mengakui apa yang disampaikan rekannya Arif Aryanto. Dia bahkan mengaku selalu menjadi sasaran Nahkoda KM Nusantara Indah 28.

“Memang benar kami ini diperlakukan tidak manusiawi di atas KM Nusantara Indah 28. Saya sendiri malah jadi sasaran empuk. Lihat kaki saya yang luka ini bang. Ini bukti penganiayaan yang dilakukan oleh Nahkoda KM Nusantara Indah 28,” kata Gugun seraya memperlihatkan luka memar di kakinya.

Didin Saiepudin  juga mengakui apa yang disampaikan dua rekannya itu.

“Kami berlima ini terpaksa kabur dari kapal karena sudah tak tahan dengan sikap Nahkoda kapal. Setiap hari kita dimaki-maki, dihina karena hasil pancingan ikan cumi yang kita dapat kadang hanya sekilo saja. Kami juga sering dipukul dan diancam padahal kami sudah berupaya untuk bekerja dengan baik tapi, karena kami ini orang baru sehingga hasil pancingan kami segitulah,” tutur Didin Saiepudin.

Dia juga mengaku, waktu istirahat hanya 2 jam saja. Karena, jam kerja dimulai pada pukul 15.00 WIt sampai jam 06.00 WIT, Ironisnya lagi, saat sementara beristirahat, tiba-tiba dibangunkan lagi untuk serfis pancingan.

“Bukan saja itu, jam istirahat hanya 2 jam saja. Kalau sakit, tak dikasih obat tapi malah dipaksa untuk terus kerja,” kata Didin Saiepudin kepada media ini, Senin (20/9/2021). (CNI-05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *