- Oleh: Muhammad Fahrul Kaisuku | Jurnalis / Praktisi Media Mainstream
Ambon, CakraNEWS.ID– Tahun 2020, saya terjun langsung menangani seorang warga di Dusun Ulusadar, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat. Namanya La Mauria. Saat itu, namanya ramai diperbincangkan di media sosial karena kondisi kesehatannya yang memprihatinkan.
Foto wajahnya yang mengalami pembengkakan parah di kedua kelopak mata viral di internet. Banyak netizen mendoakan kesembuhannya.
La Mauria menderita penyakit tersebut sudah lebih dari setahun. Penglihatannya terganggu, aktivitas sehari-hari pun terhenti. Ia hanya duduk diam di rumah, menahan sakit dan harap.
Kondisinya bahkan menyentuh hati tokoh nasional asal SBB, H. Hambra Samal, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Pelindo II. Melalui akun Facebook pribadinya, beliau menuliskan doa dan dukungan untuk kesembuhan La Mauria, sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan.
Sebelumnya, La Mauria sempat dirawat di Puskesmas Waesala dan dirujuk ke RSUD Piru. Namun, hasilnya belum menunjukkan perbaikan berarti. Pihak rumah sakit menyarankan agar ia dibawa ke rumah sakit di Ambon, karena alat dan kemampuan diagnostik di Piru terbatas. Saya lalu menghubungi dr. Elna Anakotta dari Klinik Mata Utama Maluku.
Beliau menyampaikan bahwa penyakit La Mauria tidak bisa didiagnosa hanya dari foto. Ia menduga adanya kemungkinan tumor pada kelopak mata, dan menyarankan agar pasien segera dirujuk ke dokter mata subspesialis onkologi di luar Maluku, karena Ambon sendiri belum memiliki dokter dengan keahlian tersebut.
Sayangnya, rujukan itu terasa seperti jalan buntu bagi keluarga. Masalah ekonomi menjadi tembok penghalang yang besar. Mereka bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, apalagi membiayai perjalanan dan pengobatan di luar daerah.
Dalam kondisi itu, saya berupaya menghubungi Yayasan Insan Cerdas Sejahtera, yang dibina langsung oleh Bapak Hambra Samal. Tanpa menunggu waktu lama, yayasan langsung bergerak membantu.
La Mauria kami bawa ke Ambon dan mulai mendampingi proses pengobatannya. Salah satu langkah awal yang kami lakukan adalah mengaktifkan dan mengurus kepesertaan BPJS Kesehatan miliknya.
Kurang dari dua minggu sejak tiba di Ambon, kartu BPJS La Mauria sudah aktif dan bisa digunakan. Dari situ, kami mengakses berbagai layanan kesehatan lanjutan di RSUP Leimena, termasuk pemeriksaan menyeluruh menggunakan teknologi modern. Seluruh proses dilakukan tanpa biaya tambahan, karena BPJS menanggung seluruhnya.
Rujukan selanjutnya membawa kami ke RSUP Wahidin Sudirohusodo di Makassar. Di sana, La Mauria mendapat penanganan dari tim dokter spesialis yang memahami kasusnya secara menyeluruh.
Kami tinggal selama sekitar satu bulan di Tamalanrea, menyewa rumah kecil untuk tempat beristirahat. Selama proses pengobatan, seluruh biaya perawatan—termasuk tindakan medis dan kemoterapi—sepenuhnya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Kami hanya menanggung biaya makan dan kebutuhan harian lainnya. Bagi keluarga La Mauria yang berasal dari dusun terpencil, hal ini tentu menjadi sebuah keajaiban tersendiri.
Namun, seiring waktu dan mempertimbangkan usia La Mauria yang sudah lanjut, keluarga di Ulusadar meminta agar ia dipulangkan untuk menjalani perawatan seadanya di kampung halaman. Setelah berdiskusi panjang, kami pun menyetujui keputusan itu.
La Mauria pun kembali ke Ulusadar, membawa pulang bukan hanya pengetahuan tentang penyakitnya, tapi juga harapan yang sempat pupus.
Putranya, La Doa, menyampaikan rasa terima kasih yang dalam. Ia mengakui, tanpa adanya BPJS Kesehatan, mustahil ayahnya bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di Makassar dan tahu pasti apa yang terjadi dalam tubuhnya.
BPJS telah membuka akses dan memberikan solusi konkret bagi masyarakat miskin seperti mereka.
Kisah La Mauria menjadi bukti bahwa negara hadir lewat program BPJS Kesehatan, bukan hanya sebagai pelengkap administrasi, tetapi sebagai bentuk nyata perlindungan sosial yang menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil.
Di pelosok seperti Ulusadar, di mana fasilitas terbatas dan harapan seringkali samar, BPJS datang sebagai jawaban dari banyak ketidakpastian. Dan bagi La Mauria, perjalanan panjangnya dalam mencari kesembuhan adalah kisah tentang kemanusiaan, solidaritas, dan hadirnya negara melalui sebuah kartu kecil bernama BPJS Kesehatan.***