Cara Kreatif 35 Anak Muda Kritik dan Teguhkan Gubernur Maluku

Adventorial News Pendidikan

Ambon, CakraNEWS.ID– SEBANYAK 35 anak muda Maluku menuangkan ide-pikirannya menulis realitas 2 tahun kepemimpinan Gubernur Maluku, Murad Ismail. Realitas yang dinarasikan itu tertuang dalam buku setebal 275 halaman dengan tagline kolaboratif, Kreatif dan Toleran alias Kokreto. Selain ide dan saran dari para penulis muda, buku itu juga padat akan kritik serta motivasi meneguhkan pencapaian target kepemimpinan. Sebagaimana dilansir dari potretmaluku.id, menuliskan pengakuan Guru Besar Universitas Pattimura, Prof. Dr. Aholiab Watloly.

Sang profesor melihat ada kekritisan dari para anak muda, yang berpartisipasi dan berbicara menggunakan bahasa sendiri melalui buku Dua Tahun Kepemimpinan Gubernur Murad Ismail di Mata Anak Muda.

“Beta senang anak-anak muda ini sudah bisa menyampaikan aspirasi mereka melalui buku. Jadi ada media untuk anak-anak muda beraspirasi itu penting. Sebagai orang tua beta berbahagia, memang selama ini tidak ada media dalam bentuk buku seperti ini, untuk mereka beraspirasi,” ujar Prof. Watloly.

Selanjutnya menurut Watloly, dirinya melihat ada kepolosan untuk beraspirasi, mereka berbicara menggunakan bahasa mereka sendiri. Dengan cita rasa mereka, dan apa yang mau mereka bicarakan, mereka sampaikan, kepolosan itu. Dan di situ, tambahnya, mereka punya idealisme, apalagi mereka ini kan sebenarnya generasi pemilik masa depan dari Maluku.

“Saat diminta memberi pengantar untuk buku ini, yang beta bahas, bahwa anak-anak muda ini, tidak ingin menjadi ahli waris, yang selama ini hanya menjadi generasi babu-babu untuk tuan-tuan yang jelek. Karena itu mereka siap untuk berkolaborasi dalam jejaring-jejaring manapun, serta dengan siapapun, untuk bisa membangun Maluku,” nilainya.

Dari sejumlah naskah yang sempat ia baca sebelum membuat pengantar untuk bukunya, Watloly katakan, dari tulisan-tulisaan itu, ada yang berbicara tentang potensi-potensi sumber daya alam. Dan sumber daya alam itu ada yang lihat dari pemetaan geografis versi daerahnya. Dari wilayah Dobo, Kepulauan Aru misalnya. Yang menggambarkan potensi wilayahnya, dan sumberdaya alam ini siap dikelalola sumberdaya manusia setempat yang juga siap. Tidak harus didatangkan dari luar.

“Mereka mau menunjukan, bahwa mereka sudah siap. Tapi bagaimana, apakah ada seorang bapak atau Gubernur Maluku, yang dalam hal ini Murad Ismail memberi porsi untuk mereka yang punya sumber daya alam itu? Tulisan dalam buku ini menyampaikan itu, membantu menyambung kerinduan mereka. Jadi saya kira, kita patut memberi apresiasi kepada anak-anak muda yang menulis dengan beragam latar belakang dan persfpektif pada buku ini,” paparnya.

Menyinggung tentang kritik dari berbagai pihak terkait buku ini, Watloly katakan, bahwa kritik itu bagian dari kehidupan kita. “Tetapi jangan lalu menjustifikasi hal-hal yang belum tentu benar. Kritik itu menjadi bagian dari vitamin kita, gizi kita sekarang. Jadi harus membuka diri untuk dikritik. Karena kalau di era sekarang kita seperti kurang bergizi,” tandasnya.

Tetapi kata Watloly, kita jangan lalu menjustifikasi apa yg belum kita ketahui secara objektif. Itu penting. Jadi generasi Maluku itu, tambah dia, harus beraspirasi melalui banyak kreativitas bisa lewat tulisan, berbagai macam gambar, berbagai macam pementasan dan sebagainya, termasuk menuiskan buku. Silahkan saja.

“Sebagai orang tua kami senang, dan sangat menghargai. Kita sekarang mesti terbiasa, jika tidak setuju dengan sebuah tulisan, mari kita juga bikin tulisan untuk mengkritisi tulisan tadi. Begitu juga jika tidak sependapat dengan buku tertentu, maka tulislah buku versi kita yang tidak setuju itu,” tuturnya.

Atau juga, jika buku Dua Tahun Kepemimpinan Gubernur Murad Ismail di Mata Anak Muda ini sudah beredar, Watloly menyarankan untuk dibikin bedah bukunya. Supaya semua orang bisa tau apa isi hatinya, tali perutnya, cakrawalanya, itu jauh lebih bagus. Setelah itu baru dikritisi dan jika mungkin diberikan masukan. Itu yang penting.

Watloly mengaku, dia positif thinking, bahwa para anak yang menulis pada buku ini bukan untuk mencari muka. “Beta harap bukan untuk mencari muka. Yang penting sudah ada media untuk anak-anak muda ini menyatakan aspirasinya langsung ke Pak Gubernur Murad Ismail, lewat buku yang langsung diterimanya. Dan saya senang beliau mau mengakomodasi itu,” ujarnya.

“Saya berharap menjadi penjilat atau pengikut, tetapi harus menjadi agen. Karena dengan menjadi agen, maka mereka akan bebas berkolaborasi dengan siapapun. Dan memang dari beberapa artikel yang saya baca, ada anak-anak yang selama ini saya dengan mereka. Orang-orang yang bukan baru sekarang punya aspirasi, dan sudah selama ini menunjukkan independensinya dan mereka jaga itu,” pungkas Watloly.

Sebelumnyaa, melalui laman Facebook-nya, Ikhsan Tualeka sebagai editor buku, menyampaikan bahwa buku yang diluncurkan tanggal 11 September 2021, bersamaan dengan ulang tahunnya Gubernur Murad Ismail ini, ditulis oleh 35 orang anak muda ‘tercerahkan’ yang berasal dari berbagai latar belakang atau mewakili multikultur orang Maluku.

“Ada keterwakilan dari hampir semua daerah kabupaten dan kota, agama, ideologi, profesi dan organisasi. Ada yang merupakan kader HMI, GMNI, GMKI, PMII, IMM, PMKRI, AMGPM, GP Ansor dan organisasi kemasyarakatan lainnya,” terang Ikhsan.

Menurut Ikhsan, ada juga sejumlah dosen, guru, jurnalis, seniman, presenter, mahasiswa, aktivis, politisi dan profesional muda lainnya. Mereka di antaranya, kata dia, memang telah pula berkomitmen dan tergabung dalam Ikatan Cendikiawan Muda Maluku (ICMMA) yang baru terbentuk pada pertengahan tahun 2021 ini. Sebuah wadah berhimpun para cendekiawan muda untuk mengkonsolidasikan ide, gagasan dan pemikiran bagi kemajuan Maluku di masa mendatang.

“Buku ini juga adalah bagian dari kontribusi dari anak-anak muda itu, terutama agar khalayak pembaca dapat melihat hari depan Maluku dengan lebih optimis. Seperti kita melihat air yang terisi separuh di dalam satu gelas, sebagai air setengah penuh dan sebentar lagi akan penuh (optimis), bukan melihatnya sebagai air setengah kosong yang sebentar lagi akan habis (pesimis),” tuturnya.***TIA/PM.ID/Rdks

Sumber: https://potretmaluku.id/ada-kritik-di-buku-dua-tahun-kepemimpinan-murad-ismail/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *