Deklarasi IKA Ansor Cederai Konsep Kaderisasi Banom NU

Agama

Ambon,CakraNEWS.ID- Menanggapi deklarasi Ikatan Alumni GP Ansor di Surabaya oleh sekelompok orang (17/06/2022), Pimpinan Wilayah GP Ansor Maluku menyayangkan deklarasi tersebut.

GP Ansor Wilayah Maluku melalui ketua umum Ridwan Nurdin, menegaskan, Ide Deklarasi IKA GP Ansor ini menyalahi konstitusi Organisasi, spirit soliditas alumni Ansor itu, sebenarnya sudah otomatis akan mengarah ke NU.

“Konsep Ansor sebagai NU Masa Depan itu telah dicanangkan kurang lebih satu dekade lalu. Dan Alhamdulillah, pada kepengurusan yang baru ini juga, akan disesuaikan dengan mekanisme kaderisasi di PBNU saat ini,” ungkapnya.

Gambaran singkatnya, kata dia, kaderisasi pada tingkat awal di NU adalah tahapan lanjutan dari proses pengkaderan yang ada di GP Ansor. Perkembangan PBNU yang positif dan progress saat ini, barangkali perlu dipahami dengan baik oleh mereka yang mungkin saat ini, mengaku telah purna dari ber-Ansor.

“Perlu ditegaskan bahwa GP Ansor bukan organisasi yang bersifat murni independen, atau interdependensi dengan NU. Melainkan dependen dengan NU, bahkan garis waktu sejarah, menjadikan Pemuda Ansor sudah eksis sebagai bagian NU sejak awal berdiri, dianggap sebagai Anak Tertua,” beber dia menjelaskan.

Nomenklatur sebagai Badan Otonom pada NU, justeru membuat GP Ansor untuk selalu menyesuaikan konsep arah juang dengan NU, baik secara manuver lapangan (ke luar), maupun menuver internal (ke dalam).

“Ke luar berarti GP Ansor akan senantiasa khidmat pada PBNU, seturut dengan keputusan, serta strategi dan taktik yang keluarkan oleh ikhtiar para Kiayi di Stuktur NU. Dengan begitu, GP Ansor bersikap sebagai cerminan berwajah muda dari PBNU yang kebanyakan diisi oleh para Kiayi, dan eks GP Ansor setelah kisaran usia aktif 40-45 Tahun,” papanya.

Lanjut dikatakan, hal ini pula menegaskan satu hal pasti, yakni pelabuhan GP. Ansor terakhir adalah NU, lebih spesifik secara structural, mengikuti kaderisasi selanjutna yang diselenggarakan oleh NU.

“Dari titik ini sudah jelas, GP Ansor tidak perlu membentuk Ikatan Alumni. Kalau IKA yang dimaksud adalah purna pengabdian pada jamiyyah NU, maka itu keliru, fatal, dan dapat merusak tatanan konsep kaderisasi. Sebab GP Ansor, beserta Barisan Ansor Serba Guna (Banser), menanamkan spirit ber-Ansor dan ber-Banser seumur hidup,” terangnya.

Artinya, usia purna kader, akan secara sadar melanjutkan pada NU. Dan, segala silaturahim, anjangsana, serta soliditas akan terus terjaga melalui jamiyyah NU, lebih elegan dengan mengikuti kaderisasi melalui Madrasah Kader.

Kata Alumni sendiri lanjut dia, merupakan terminologi gambaran kerinduan akan masa aktif. Orang dating, lalu bernostalgia, dan mengenang masa aktif mereka. Sementara GP Ansor, tidak mengenal masa aktif. Sekali ber-Ansor, akan aktif seumur hidup, hanya berganti seragam saja, naik ke level lebih tinggi untuk mengabdikan diri kepada jamiiyah.

“Sehingga, GP Ansor Maluku menilai deklarasi IKA Ansor itu sebagai bentuk mencederai Konsep kaderisasi Banom NU. Termasuk bagian dari propaganda untuk mengahancurkan NU secara struktural, jelas mulai terlihat ada pihak-pihak yang tidak senang dengan soliditas PBNU dan Banom NU sebagai bagian yang komplementer,” pungkasnya.*** CNI-02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *