FGD Rumah Inspirasi, Arman Tegas Rawat Nasionalisme di Ruang Digital

Adventorial News Pendidikan

Ambon, CakraNEWS.ID– AKADEMISI IAIN Ambon, Aram Kalean menegaskan, pemuda Maluku, perlu kiranya merawat nasionalisme di ruang digital.

Ketegasan Arman disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Rumah Inspirasi dan Literasi, Kamis (30/09).

“Di era saat ini kita perlu duduk berbicara membincangkan satu sudut pandang yang sama tentang hakekat Nasionalisme itu sendiri agar jangan sampai 20-an Tahun pasca revormasi, 30-an Tahun pasca orde baru 70-an Tahun Pasca Republik kita mengalami pergeseran makna Nasionalisme itu sendiri berdasarkan latar belakang perjalanan kita masing-masing,” ungkapnya.

Arman mengakui, FGD oleh Rumah Inspirasi dan Literasi dengan tema Partisipasi Generasi Milenial Era Digital Menjawab Tantangan Ditengah Pandemic Covid-19 penting untuk diwacanakan.

“Semoga kegiatan seperti ini tidak hanya sebatas event kondisional saja tapi bisa diteruskan ke 11 Kabupaten Kota lainnya,” ungkap Arman.

Arman menjelaskan, pentingny diskusi ini, karena Maluku terutama dikawasan Indonesia Timur kita sering di era sudah latin, atau sudah separatis isu-isu konflik sosial lainnya.

“Kita memang daerah bekas konflik sehingga pencerahan-pencerahan publik seperti ini lewat motor penggerak dari kalangan milenial memang dibutuhkan
Semoga kegiatan ini juga jadi penanda dan sinergitas secara berkesinambungan dari berbagai elemen terkait terutama teman-teman jurnalis sendiri dan turut mengkampanyekan ini,” paparnya.

Arman mengakui, aktivis itu besar dari jurnalis, jadi kalau tidak tanpa jurnalis tidak mungkin kita bisa memenangkan wacana untuk menjaga keutuhan Republik.

“Jadi saya pikir dari sabang sampai merauke dari lintas generasi apapun dari ruang kerja apapun kita harus ada dalam from nasionalisme yang sama, paling tidak dalam melihat Indonesia kita dua kata kunci Negara Bangsa kita lihat pancasila, kemudian yang berikut kita lihat pancasila sebagai sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, kita lihat pancasila sebagai titik temu yang menjamin keberlangsungan sepanjang daerah cicin api ini,” ungkapnya.

Magister pendidikan ini mengendus, kalau kita optimistis bisa saja timur Leste kembali ke pangkuan kita. Bisa saja negara palau di ujung biak sana akan kembali ke kita, bisa saja kesultanan Sulu kembali ke pangkuan kita, bisa saja serawa kembali ke pangkuan kita.

Karena mimpi kita lanjut Arman, adalah pancasila sebagai rumor ideologi ketiga terbesar di dunia, barangkali sampai saat ini yang masih ada cuman pancasila yang lain hanya sebatas jargon saja, kampanye-kampanye masa lalu, ini modal terbesar kita.

“Disitu optimisme kita yaitu dari sekian 220 sekian juta penduduk, kisaran tahun ini atau tahun lalu itu NU mengklaim itu punya 90 juta penduduk, Muhamadiah mengklaim katakanlah saya yang klaimlah dari berbagi perkembangan media sekitar 30-an sampai 50 juta jiwa ASN, TNI POLRI digabung jadi satu sekitar 2,5- 3 juta jiwa ASN 7 juta jiwa HMI 500 ribu sekian orang waktu kongres di Pontianak, saat ini mungkin sudah 1 juta jiwa, ormas-ormas lain yang masih sepakati pancasila sebagai titik temu kita kisarannya 2, atau 3 juta jiwalah kalau ditotalkan semua maka 240 itulah kita masih dapat 140 juta orang yang masih bersepakat dengan pancasila, ditengah distruksi seperti ini ditengah perkembanga laju teknologi informasi seperti ini saya kira kita masih optimisme merawat pancasila diruang digital,” rincinya.

Tugas kita terberat lanjut dia, pasca generasi millenial ada generasi Z punya supra castem, Fijital (Fisik dan Digital) dia tidak mampu lagi membedakan ruang privat dan ruang publik dia constumer tinggi sekali maka itu kita juga punya tanggung jawab bersama, punya akuntabel bersama untuk generasi Z.

Karena jumlah kita itu kurang 2 persen dari generasi Z, lebih sedikit dari generasi X ini.

“Sementara kalau kita lihat di publik rata-rata pentolan-pentolan separatis itu sudah pada generasi Baby bomer semua, kalau kita lihat pangsa pasar pengrekrutan calon-calon “radikalimse bukan dalam artian persabat, pemikiran radikalis dalam payung teologi atau dalam payung separtis itu banyak menyasar kalangan muda,” terangnya.

Bahkan kata dia, TNI POLRI sudah terpapar, ASN apalagi makanya sekarang tes-tes banyak itu sudah sampai kepada KPK saja sudah dites sedemikian rupa, artinya ini masalah yag serius.

‘Kalau KPK sudah disoal seperti itu, berarti masalah ini masalah serius. Dibutuhkan kolektif, kita gotong royong bersamalah melawan covid tapi juga menangkal hoax sekaligus mengkampanyekan persatuan dan juga mengingatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

“Saya, kita nasionalisme itu dibincangkan dalam 2 bentang sayap sekaligus, bentang sayap ketiga Persatuan Indonesia, tetapi juga bentang saya kelima juga Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Arman.*** CNI-02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *