Site icon Cakra News

Keutamaan Hari Paskah di Kota Ambon, Spirit Iman yang Menjadi Sumber Transformasi Sosial

Ambon, CakraNEWS.ID– Paskah selalu hadir sebagai momen sakral bagi umat Kristen di seluruh dunia, termasuk di Kota Ambon. Namun, di tanah Maluku yang kaya akan sejarah, budaya, dan keberagaman ini, Paskah tak sekadar menjadi perayaan keagamaan.

Ia menjelma sebagai simbol pengharapan, rekonsiliasi, dan semangat untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik.

Kota Ambon menyimpan memori kolektif yang kuat tentang luka masa lalu. Konflik sosial di akhir 1990-an meninggalkan trauma yang mendalam, namun juga membuka ruang bagi kesadaran baru: bahwa hidup damai dalam keberagaman bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Dalam konteks ini, perayaan Paskah memiliki makna istimewa.

Kebangkitan Kristus yang diperingati dalam Paskah menjadi lambang kemenangan atas keterpurukan, simbol harapan bahwa luka masa lalu bisa dipulihkan melalui kasih, pengampunan, dan kerja sama antarmanusia.

Perayaan Paskah di Ambon kerap diwarnai dengan kegiatan-kegiatan yang merefleksikan nilai-nilai tersebut. Pawai obor malam Paskah, ibadah lintas jemaat, aksi bersih lingkungan, hingga kegiatan sosial untuk masyarakat kurang mampu, menunjukkan bahwa Paskah bukan hanya tentang ritual ibadah, tetapi juga tindakan nyata sebagai umat beriman.

Di tengah semangat itu, hadir pula partisipasi aktif dari lintas agama. Tak jarang kita melihat pemuda-pemudi dari komunitas Muslim turut serta menjaga keamanan atau memberi dukungan logistik saat perayaan berlangsung. Inilah wajah Ambon baru, kota yang belajar dari masa lalu dan terus menanam benih damai.

Salah satu aktor penting dalam proses ini adalah Gereja Protestan Maluku (GPM).

Sebagai lembaga keagamaan terbesar dan tertua di Maluku, GPM memegang peran strategis dalam proses rekonsiliasi dan pembangunan masyarakat.

Paskah bagi GPM bukan hanya momen ibadah, melainkan titik tolak untuk merefleksikan panggilan gereja sebagai pelayan di tengah masyarakat yang plural.

Melalui berbagai program keumatan, GPM telah membuktikan komitmennya dalam membangun masyarakat Kota Ambon secara menyeluruh.

Program “Rumah Belajar GPM” hadir di berbagai klasis untuk memberi akses pendidikan tambahan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Kegiatan pemberdayaan ekonomi lewat koperasi jemaat, pelatihan keterampilan bagi perempuan, serta advokasi lingkungan hidup lewat program “GPM Hijau” adalah bentuk pelayanan nyata yang melampaui tembok gereja.

Tidak kalah penting, GPM juga aktif mendorong dialog lintas agama melalui forum-forum bersama seperti Basudara Forum dan kerja sama dengan organisasi keagamaan Islam dan Katolik.

Inisiatif ini mempertegas bahwa gereja tidak bekerja sendirian, melainkan berjalan bersama semua elemen masyarakat untuk menciptakan kota yang damai dan berkeadilan.

Paskah, dengan segala nilai spiritualnya, menjadi semacam titik kulminasi dari semua gerakan ini. Mengingatkan kita bahwa iman tanpa tindakan adalah kosong. Bahwa kebangkitan Kristus mesti tercermin dalam komitmen kita untuk membela yang lemah, mengangkat yang tertindas, dan menjahit kembali anyaman persaudaraan yang sempat robek.

Kota Ambon hari ini masih menghadapi banyak tantanga, dari opini kemiskinan, pengangguran, hingga isu intoleransi yang kadang masih muncul di media sosial. Namun, dengan semangat Paskah yang terus dirawat, serta peran aktif lembaga seperti GPM, kita patut optimis bahwa Ambon bisa terus menjadi rumah damai bagi semua.

Sebagaimana semboyan yang begitu membumi di hati orang Maluku: “Potong di kuku rasa di daging, ale rasa beta rasa.”

Maka dari itu, marilah kita rayakan Paskah bukan hanya di gereja, tetapi juga di jalan-jalan kota, di pasar, di rumah-rumah, dan dalam hati kita masing-masing.

Sebab keutamaan Paskah sejatinya terletak pada bagaimana kita hidup setelah perayaan usai—apakah kita sungguh menjadi pribadi yang bangkit, dan turut membangkitkan sesama dalam kasih dan keadilan.*** CNI-04

Exit mobile version