MASALAH DANA DESA RIRING, KEPALA DESA WELEM SOPALATU GENCARKAN ANCAMAN FISIK

Hukum & Kriminal

Piru, Maluku – Belum selesai masalah Dana Desa (DD) Riring, kecamatam Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Atas dugaan kuat akan adanya penyelewengan DD, kepala Desa (Kades) atau Raja Riring, Welem Sopaltu mulai kepanasan dengan menggencarkan aksi ancaman fisik terhadap nara sumber (warga yang diwawancarai) media ini.

Apalagi baru-baru ini sejumlah media di Maluku, online maupun cetak mulai menyoroti desa yang berada di pegunungan kecamatan Taniwel tersebut.

Parahnya, sang kepala desa, bukan saja mengancam para warganya, ia juga membohongi sejumlah warga Riring dengan niat akan menunjukan kekuatan link/jaringan yang dapat menembus dan mematahkan kecurigaan atas peyelewengan anggaran miliaran tersebut.

Janes alias JS (bukan nama sebenarnya)  warga Riring saat diwawancari,Wartawan, Rabu (27/10) membenarkan adanya ancaman sang kepala desa terhadap warga.

Ancaman kepala desa, Welem Sopalatu berawal ketika masalah keuangan dalam desanya tersebut mengemuka hingga di tangan wartawan.

“Sudah tersiar satu kampung Riring kalau raja dapa tau siapa pelaporannya, maka antua suru pukul, ika di pohong bahkan bakar rumah,”  ungkap JS kepada media ini.

JS kepada media ini mengaku resah dengan sikap tidak etis pemimpin adat negeri penghasil Salak Merah varietas terbaik di SBB itu.

Bernada kecewa, JS menduga adanya kepanikan sang kepala desa terhadap sejumlah berita yang menyudutkan dirinya.

“Saya liat pak, sudah mulai panik, kepanasan dan lain-lain. Pak Raja langsung ke Ambon tengah-tengah malam untuk klarifikasi saat berita pertama di publis. Sebenarnya ada urusan apa beliau cape cape kesana kalau seng betul,” ungkapnya.

JS melanjutkan , selang waktu beberapa hari usai melakukan perjalanan ke kota Ambon untuk mengklarifikasi berita, isu di negeri mulai hangat dengan ancaman kepala desa untuk membakar rumah pelapor.

Dirinya tidak segan-segan menggunakan fisik jika ketahuan siapa yang memebeberkan keterangan terhadap wartawan.

Dalam tutur JS di hadapan wartawan, terselip permintaan JS untuk tidak disebutkan namanya karena takut ancamanan kepala desa Riring.

“Mohon untuk tidak membawa nama lengkap saya. Penyampaian saya ini benar adanya. Bapak ibu wartawan bisa ke desa Riring sendiri biar lebih percaya,” ajak JS.

Selain itu, JS juga mempertegas kebohongan kepala desa dengan cara menjukan kekuatan besar bahwasanya, dia sendiri yang meminta untuk di audit.

“Beta sudah panggil Kejaksaan, Polisi dan wartawan naik ke kampung. Tapi dong seng (tidak) berani. Seng (tidak) berani karena kerja desa sudah sesuai,” ungkap JS menirukan gaya bahasa Welem Sopaltu.

Padahal kata JS, sudah mencapai 5 (lima)  tahun desa Riring telah mengelolah anggran kurang lebih 9 Miliar. Namun hingga hari ini, tidak ada bukti bangunan fisik 1 (satu) pun yang berdiri kokoh di dalam desa.

Dijelaskan, selama lima tahun, desa Riring belum miliki jalan tani, jalan setapak dalam kampung, sistem drinase yang baik bahkan balai desa tak kunjung ada.

Perihal klarifikasi kepala desa, Welem Sopalatu, yang mana mengakui terhambatnya pembangunan di negeri tersebut karena kendala rute dan material yang sulit.

Untuk diketahui, desa dengan luas wilayah  87,79 Km² tersebut berada di atas pegunungan kecamatan taniwel. Ruas jalan menuju desa masih belum layak. Tidak dapat menggunakan kendaraan roda empat. Namun dapat ditembus dengan kendaraan roda dua.

Meski begitu, menurut keterangan JS, soal jalan tidak menjadi kendala utama. Karena, masyarakat Riring mampu mendirikan rumah ibadah (gereja) megah dalam waktu yang tidak terlalu lama. Semua material di drive dari taniwel pantai.

“Kenyataan gereja dengan gedung sebesar itu bisa berdiri kokoh. Padahal dikerjakan swadaya. Sementara miliaran anggaran DD/ADD tidak menghasilkan apa-apa,” terangnya.

Mirisnya lagi, kepala desa saat mengklarifikasi adanya musibah tanah longsor di desa Riring, yang katanya terjadi jauh dari pemukiman, ternyata kenyataannya longsong mengancam keselamatan warga desa Riring.

“Kami minta kepala desa dan staf harus di evaluasi. Kami minta aparat penegak hukum, satgas dana desa, Polres, Kejaksaan untuk memanggil dan mengaudit staf desa Riring di bawah kendali Welem Sopalatu,” pungkas JS. (CNI-02)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *