Perjalanan Napak Tilas Sejarah Dan Adat Awali, Kinerja Pemkab Malra

Pemerintahan

Malra,Maluku-Rombongan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara, (Malra), Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Ketua dan Anggota DPRD, para camat, Se- KabupatenMalra.

Raja-Raja Kepulauan Kei, yang tergabung dalam Pata Siwa dan Pata Lima, menggelar napak tilas perjalanan sejarah yang dirangkaikan dengan prosesi adat dan budaya di wilayah Kei Kecil dan Kei Besar, Kabupaten Malra.

Bupati dan Rombongan bertolak dari Langgur, ke ohoi Danar, pada Rabu, (7/11/2018). Rombongan Bupati di sambut dengan Upacara adat dan tari tarian adat khas Kepulauan Kei.

Selanjutnya Bupati, dan seluruh rombongan diajak bermalam di ohoi Danar, dengan menempati rumah milik warga di ohoi tersebut. Kamis, (8/11/2018) Pagi, sekitar pukul 6.00 WIT, Upacara prosesi adat dengan melibatkan seluruh rombongan, yang diawali dengan penyerahan mas adat oleh masing-masing Kepala OPD, disertai upacara adat, dengan mengunjungi woma, Bal, di Ohoi Danar sebagai kepala Siwa.

Rombongan kemudian, melanjutkan perjalanan guna prosesi yang sama dengan mengunjungi,ohoi Elaar, Siran Siryen, sebagai lokasi pencetusan hukum Adat Larvul Ngabal, dan dilanjutkan ke makam leluhur Kei,  Nen Dit Cak Mas, di  ohoi Wain, dan diakhiri dengan prosesi adat yang sama, di ohoi Feer, Kecamatan Kei Besar, oleh seluruh Raja raja di Kepulauan Kei, Pata Siwa, Raja Danar, Muhammad Hanubun, Ketua Pata Lima, Hi, Abdul Hamid Rahayaan.

Bupati Malra,Hi Thaher Hanubun, usai prosesi ritual adat di Ohoi Feer, kepada awak media mengatakan, ini langkah pertama sebagai bentuk pengabdian di kabupaten Malra, harus dimulai dengan member sihkan diri, karena setiap manusia pasti saja memiliki kesalahan dan kekhilafan.

“Dan untuk itu maka dilakukan proses pembersihan diri yang diawali dengan prosesi napak tilas sejarah, dan memohon kepada Tuhan dan leluhur, agar memberikan kepada Kami, Bupati, Wakil Bupati, dan Seluruh OPD, dan stekholder terkait, Kekuatan dan kemampuan, agar kami bisa menjalankan pemerin tahan ini dengan baik dan benar,”ungkap Hanubun.

Hanubun, mengatakan, beberapa waktu lalu di bumi Larvul Ngabal telah terjadi tragedi kemanusiaan, yang telah mencoreng tatanan adat istiadat, orang Kei.

Dan atas peristiwa tersebut harus ada pengakuan yang jujur dari hati bahwa kita telah salah dalam hal adat Hukum Larvul Ngabal, yang melambangkan Nen Dit Cak Mas, kita harus mengakui kalau kita telah salah dan melanggar semua ketentuan adat, yang mengajarkan kita tentang cinta, dan kasih sayang, yang mungkin saja telah hilang sewaktu peristiwa itu.

“Kita harus mengakui bahwa kita telah melanggar karena kasih sayang itu hilang. Sekarang saya pertahankan dan perjuangkan tanpa batas, dengan tujuan kembalikan kasih sayang di antara kita sesama orang Kei, dan orang orang yang  ada di Kei,” tegas Thaher.

Ditanyakan soal keterlibatan OPD, dalam proses adat tersebut, Hanubun mengatakan, Pemerintahan saat ini bukan hanya di pimpin oleh Bupati, Wakil Bupati ataupun Sekda, namun secara struktural ditunjang seluruh OPD, untuk itu semua harus tahu dan mengerti tentang nilai adat dan budaya di daerah ini, agar memberikan pelayanan dengan Cinta Kasih.

Dirinya menambahkan, tempat-tempat adat dan budaya tersebut dapat dijadikan objek wisata budaya dan wisata religius.

“Kita bangga punya tempat-tempat keramat serta budaya yang dianggap suci menurut adat. Dan salah satu program saya ke depan, tempat-tempat adat dan budaya yang ada di Malra bukan semata sebagai tempat budaya dan adat, namun bagaimana tempat-tempat tersebut dapat dimanfaat guna mengangkat ekonomi masyarakat,” ujar Thaher.

Bupati, juga mengajak seluruh masyarakat Malra, dan seluruh stekholder untuk bersatu, tanpa harus ada perbedaan, dengan mengedepankan falsafah, orang Kei, “Fuut Ain Mehe Ni Ngifun-Manut Ain Mehe Ni Tilur, (Kita adalah satu Keluarga). (CNI-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *