Ambon, CakraNEWS.ID– Musyawarah Daerah (Musda) Partai Hanura Provinsi Maluku berakhir ricuh setelah sembilan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) memilih walkout. Kericuhan dipicu keputusan DPP Partai Hanura yang menunjuk Barnabas Nataniel Orno (BNO) sebagai Ketua DPD Hanura Maluku.
Keputusan tersebut dibacakan oleh Wasekjen DPP Hanura, Serfasius Serbaya Manek. Namun, sejumlah peserta Musda menolak keras, termasuk Ketua DPC Malteng, Sulaiman Opier, yang dengan lantang menyatakan keberatan.
“Tidak bisa. Kami tidak setuju. Kami menolak. Dia (BNO) tidak berdarah-darah terhadap partai ini,” tegas Sulaiman dalam forum.
Serfasius kemudian memberikan kesempatan bagi kader yang tidak menerima keputusan tersebut untuk meninggalkan ruangan. Sontak, sembilan DPC memilih walkout, termasuk Erick Angky, Ketua DPC Maluku Barat Daya (MBD) yang sebelumnya juga mencalonkan diri sebagai Ketua DPD.
Sementara itu, dua kandidat lain, Sulaiman Layn dan Sulaiman Letsoin, terlihat bertahan di lokasi. Keduanya bahkan berpelukan sambil mengusap air mata, meski akhirnya menerima keputusan DPP.
Erick Angky Tinggalkan Hanura
Usai walkout, Erick Angky menyatakan kekecewaannya kepada awak media. Menurutnya, keputusan DPP Hanura bertentangan dengan prinsip musyawarah mufakat dan semangat demokrasi.
“Beta punya kewajiban moral berdiri di depan saudara-saudara DPC. Jika keputusan itu bertentangan dengan hati nurani teman-teman, maka beta ikut bersama mereka,” ujarnya.
Meski berasal dari daerah yang sama dengan BNO, Erick menegaskan bahwa sikapnya merupakan bentuk solidaritas terhadap DPC yang merasa dilangkahi. Ia menilai dinamika politik di Hanura semakin jauh dari nilai organisasi.
“Ini bukan organisasi, tapi perilaku preman, bantai-bantaian. Kalau pun ada ruang, kami akan tempuh jalur Mahkamah Partai,” katanya.
Erick kemudian secara tegas menyatakan pengunduran dirinya dari Partai Hanura. Ia bahkan menyebut akan membawa kekuatan politiknya di MBD untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
“Saya nyatakan mundur. Saya akan tawarkan secuplik kekuatan politik di MBD untuk Partai Gerindra,” tegasnya.
Kritik Terhadap Kepemimpinan
Dalam pernyataannya, Erick juga menyinggung soal moralitas kepemimpinan. Ia menilai, pemimpin hanya akan dihargai jika ucapan dan perbuatan selaras.
“Perlu dicatat, pemimpin itu dihargai jika perkataan dan perbuatan selaras. Kalau seperti ini, maka saya memilih keluar tinggalkan Hanura,” pungkas Erick.***