Bula, CakraNEWS.ID – CEO Edu Asyik, Muhammad Afif Rumbouw, menyoroti berbagai tantangan dunia pendidikan di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dalam sambutannya pada Grand Opening Olimpiade Bintang Sekolah (OBS) yang digelar di Hotel Surya, Kota Bula, Rabu (7/5/2025).
Dalam kegiatan yang turut melibatkan puluhan siswa dari beberapa sekolah di SBT itu, Afif menjelaskan bahwa kehadiran lembaga bimbingan belajar Edu Asyik telah berkiprah sejak tahun 2021 di Kota Ambon.
Lembaga ini, kata dia, lahir dari dorongan dan inspirasi Bupati SBT, Fachri Husni Alkatiri, yang memandang pentingnya penguatan literasi dan pendidikan non-formal sebagai penopang dunia pendidikan formal di daerah.
“Pak Bupati beberapa kali berdiskusi dengan kami dan mendorong agar kita melihat sisi lain dari pendidikan, yakni bagaimana non-formal bisa memberi kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas SDM,” ujar Afif, alumni Universitas Pattimura Ambon itu.
Edu Asyik sendiri, lanjutnya, memiliki program unggulan berupa bimbingan belajar empat mata pelajaran, yakni Bahasa Inggris, Matematika, Literasi Numerasi, serta Bimbingan Baca Al-Qur’an. Empat fokus ini telah menjadi andalan dalam kiprah lembaga tersebut selama tiga tahun terakhir di Ambon. Atas inisiatif Bupati, kegiatan Olimpiade yang rutin digelar di ibu kota provinsi kini diboyong ke Bula untuk memperluas dampak positifnya di tingkat kabupaten.
Pria kelahiran Kecamatan Kiandarat 13 Juni 1988 juga mengungkapkan bahwa pihaknya, bersama sejumlah rekan di Edu Asyik, pernah terlibat dalam penyusunan visi-misi pendidikan SBT Cerdas saat Bupati Fachri hendak mencalonkan diri kembali.
Menurutnya, dengan kepemimpinan Dinas Pendidikan yang baru, sinergi pengembangan sektor pendidikan di SBT semakin terbuka lebar. “Kami yakin, bersama kepala dinas yang baru dan memiliki semangat luar biasa, akan lahir berbagai terobosan yang membawa perubahan positif. Kami siap saling mendukung,” tegasnya.
Meski begitu, Afif tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan pendidikan di SBT yang dinilainya masih sangat mendasar. Salah satu masalah krusial yang ditemukan selama menjelajahi kampung-kampung di SBT adalah minimnya infrastruktur sekolah.
“Kondisinya seperti kabupaten yang baru lahir. Anggaran pendidikan memang besar, tapi sayangnya belum terefleksi dalam pembangunan fisik sekolah-sekolah. Ini menjadi PR besar,” jelasnya.
Kritik tajam juga diarahkan pada rendahnya partisipasi siswa SBT dalam seleksi nasional seperti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diselenggarakan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) bahkan untuk Olimpiade tingkat provinsi dan nasional terbilang masih jauh dibandingkan dengan daerah lain.
Pada kesempatan tersebut Afif menyebutkan bahwa masih banyak siswa yang gagal lolos karena kendala administrasi dan keterbatasan dukungan dari sekolah, meskipun peluang beasiswa seperti KIP Kuliah sangat terbuka lebar.
“Sayangnya, yang rutin mengakses jalur prestasi hanya sekolah tertentu seperti SMA Negeri 1 Bula, MAN 1 Bula, MAN 1 Geser, SMA Negeri 1 Geser dan beberapa di Gorom. Sementara mayoritas siswa lainnya terlambat atau tidak dibimbing untuk mengikuti tahapan seleksi secara optimal,” tuturnya.
Dirinya pun berharap melalui penyelenggaraan OBS dan program Edu Asyik di SBT, akan lahir bibit-bibit unggul dari wilayah timur Maluku yang mampu bersaing di tingkat nasional.
“Kita sering dengar juara dari Papua, Ternate, dan NTT. Padahal, potensi kita tidak kalah. Bahkan kita makan ikan yang jauh lebih sehat,” sindirnya sambil tersenyum.
Sebagai penutup, Afif menegaskan komitmen Edu Asyik untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah daerah, terutama dalam mendukung peningkatan kompetensi guru dan pelajar di SBT.
“Kami siap menyediakan ruang dan fasilitas pelatihan, termasuk bagi guru-guru Bahasa Indonesia, agar kualitas pembelajaran di kelas semakin meningkat,” pungkasnya.***CNI-06