Budaya sebagai Penggerak Kota Berkelanjutan: Ambon City of Music Raih Predikat Excellent dari UNESCO

Adventorial News

Ambon, CakraNEWS.ID — Akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media perlu memiliki visi yang selaras dalam memandang budaya sebagai kekuatan utama dalam mendorong pergerakan kota masa kini menuju arah pembangunan yang berkelanjutan di masa depan.

Hal ini ditegaskan oleh Rony Loppies, Direktur Ambon Music Office, menanggapi pencapaian terbaru Ambon sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative Cities Network/UCCN).

Dalam evaluasi resmi pertama sejak Ambon ditetapkan sebagai City of Music pada tahun 2019, kota ini meraih predikat “Excellent”, dengan skor nyaris sempurna, mendekati angka 5,0.

“Penilaian ini bukan dilakukan oleh kita sendiri, tapi oleh sesama kota kreatif dunia. Artinya, ini adalah pengakuan nyata dari komunitas global atas kerja keras kita selama ini,” ujar Rony.

Ia menambahkan bahwa keberhasilan ini tidak bisa dilepaskan dari berbagai program inovatif yang telah dijalankan oleh Ambon Music Office, terutama dalam menghubungkan musik dengan berbagai sektor strategis seperti lingkungan, infrastruktur, dan pendidikan.

“Musik di Ambon bukan sekadar soal pertunjukan atau hiburan. Ia sudah menjadi alat transformasi sosial. Bahkan pendidikan musik tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau sekolah musik formal. Sekarang, kita sudah mengintegrasikan musik sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Ini bukan musik untuk pendidikan musik semata, tapi musik untuk pendidikan,” terang Rony.

Ke depan, Ambon tengah mempersiapkan gelaran besar Amboina International Music Festival yang akan berlangsung pada Oktober 2025.

Festival ini dirancang untuk memperkuat posisi Ambon sebagai pusat kolaborasi musik internasional, dengan tiga agenda utama: pertunjukan musik internasional yang akan melibatkan 12 negara, penyelenggaraan Asia Music City Forum sebagai forum jejaring kota musik tingkat Asia, dan resital pendidikan dari sekolah-sekolah pilot serta sekolah imbas yang terlibat dalam penerapan kurikulum musik.

“Kalau tahun lalu partisipasi musisi internasional hanya dari tujuh negara, tahun depan target kita adalah 12 negara. Forum-nya juga kita naikkan dari ASEAN ke Asia karena ada minat lebih luas. Dan yang paling membanggakan, anak-anak sekolah dari kurikulum musik kita juga akan tampil. Ini bukan sekadar proyek, tapi menjadi bagian nyata dari pendidikan dan pembangunan karakter,” kata Rony.

Namun, ia juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah kota, terutama terkait partisipasi dalam forum tahunan UCCN. Menurutnya, kehadiran fisik dalam pertemuan tahunan sangat krusial dalam menjaga dan meningkatkan posisi Ambon di jaringan kota kreatif dunia.

“Kita selama ini hanya ikut secara online. Nilainya tetap bagus, tapi untuk naik ke level Excellent, kita harus hadir. Karena di sana ada dua forum besar: untuk walikota dan focal point. Tahun lalu di Prancis, 80 walikota dari seluruh dunia hadir. Itu momen membangun jejaring global,” jelasnya.

Rony menekankan bahwa kehadiran fisik dalam forum internasional adalah bagian dari komitmen kota, bukan hanya tugas AMO semata.

Karena itu, dukungan anggaran dari pemerintah kota menjadi kunci agar Ambon bisa tampil dan berbicara setara di panggung dunia.

“Yang ambil komitmen di pertemuan itu adalah kota, bukan AMO. Jadi penting agar pemerintah kota juga mengambil peran aktif,” tambahnya.

Lebih lanjut, Rony menegaskan bahwa pendekatan berbasis budaya, khususnya musik, telah terbukti menjadi kekuatan lokal yang autentik dan mampu mendorong transformasi kota ke arah yang lebih berkelanjutan. Menurutnya, kekuatan ini harus terus dimanfaatkan dan ditingkatkan.

“Kita tidak perlu meniru kota lain. Kita punya kekuatan sendiri, dan itu adalah musik. Tapi bukan musik yang artifisial, melainkan yang tumbuh dari dalam diri masyarakat Ambon. Inilah yang akan mendorong pembangunan kota kita ke depan,” pungkasnya.

Ambon City of Music bukan sekadar gelar, tapi wujud nyata dari visi jangka panjang: menjadikan musik sebagai landasan menuju kota yang inklusif, kreatif, dan berkelanjutan. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *