Ditengah Isu Global, Guru Inspiratif dari Maluku ini Menulis Satu Atap Empat Agama: Belajar Toleransi dari Yalahatan

Adventorial Pendidikan

Ambon, CakraNEWS.ID– Di tengah isu global yang kerap memanas akibat konflik berbasis agama, sebuah dusun kecil di jantung Maluku justru menunjukkan jalan lain – jalan damai, toleransi, dan saling menghormati dalam keberagaman.

Dusun Yalahatan, bagian dari Negeri Tamilouw, Kabupaten Maluku Tengah, menjadi cermin bagaimana kerukunan antarumat beragama bukan hanya mungkin, tetapi nyata dan hidup dalam keseharian masyarakat.

Di dusun ini, pemeluk Islam, Katolik, Kristen Protestan, dan Hindu lokal (agama adat) hidup berdampingan, bahkan dalam satu rumah.

Beberapa keluarga di Yalahatan terdiri dari anggota dengan keyakinan yang berbeda, namun tetap bersatu dalam ikatan keluarga dan sosial yang kuat. Sebuah praktik toleransi yang tidak dibuat-buat, melainkan lahir dari budaya saling menerima dan menghormati.

Kisah ini ditulis dengan penuh empati dan ketelitian oleh Muhamad Nasir Pariusamahu, M.Pd., seorang guru, penulis, dan aktivis literasi yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Literasi di DPD KNPI Provinsi Maluku.

Lewat bukunya yang berjudul “Satu Atap Empat Agama; Belajar Toleransi dari Masyarakat Yalahatan”, Nasir mengajak pembaca untuk menengok cara hidup damai yang sudah lama dipraktikkan masyarakat lokal, jauh dari hiruk pikuk konflik yang kerap menghiasi berita nasional dan internasional.

Dalam buku ini, Nasir tidak sendiri, bersama rekannya Syamsuar Hamka, mengisahkan realitas sosial di Yalahatan, tetapi juga menyelipkan analisis mengenai bagaimana nilai-nilai budaya dan kearifan lokal menjadi fondasi kuat bagi terciptanya kerukunan tersebut.

Mereka mengangkat pentingnya pendekatan berbasis budaya dan agama dalam memperkuat solidaritas masyarakat, serta menjadikan literasi sebagai jembatan antarperbedaan.

Menurut Nasir, toleransi bukan hadir dari kehampaan, melainkan dibentuk dan dijaga oleh nilai-nilai sosial yang tumbuh dari generasi ke generasi.

Sebagai seorang yang telah aktif lebih dari satu dekade dalam dunia pendidikan dan literasi, Nasir dikenal luas di Maluku sebagai penggagas gerakan “Satu Guru Satu Tulisan” dan “Satu Siswa Satu Tulisan”.

Ia juga menjadi narasumber di berbagai forum kependidikan dan keagamaan, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Atas kontribusinya, ia telah menerima sejumlah penghargaan dari Kementerian Agama RI dan aktif di DPP PGM Indonesia.

Nasir juga terlibat dalam penulisan buku kolaboratif berskala nasional, ASEAN Episentrum Pertumbuhan Dunia, bersama ratusan penulis lainnya dari seluruh Indonesia.

Penulisan Satu Atap Empat Agama merupakan bagian dari keikutsertaan Nasir dalam lomba penulisan yang diadakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Dalam prosesnya, ia mendapat dukungan dari berbagai tokoh dan lembaga, serta diterima dengan hangat oleh masyarakat Yalahatan yang bersedia membagikan kisah hidup mereka dengan penuh kejujuran dan keterbukaan.

Melalui buku ini, Nasir ingin menyampaikan bahwa kedamaian dan toleransi bukanlah mimpi yang terlalu jauh.

Ia dapat tumbuh, berkembang, dan diwariskan—asal ada kemauan untuk mengenali nilai-nilai lokal yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat kita sendiri.

Yalahatan membuktikan bahwa Indonesia memiliki teladan hidup dalam hal kerukunan. Sebuah dusun kecil di Maluku telah memberi pelajaran besar bagi dunia.

Karya inspiratif sarat edukasi ini dapat dibaca via online melalui link :

“Satu Atap Empat Agama; Belajar Toleransi dari Masyarakat Yalahatan”

https://simbi.kemenag.go.id/eliterasi/portal-web/buku-digital/satu-atap-empat-agama-belajar-toleransi-dari-masyarakat-yalahatan-6854e0a33e0cf ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *