Festival Tokok Sagu di Kota Sorong: Kolaborasi Politeknik Pelayaran dan Suku Moi Gairahkan Pelestarian Budaya Lokal

Adventorial Berita Pilihan Ekonomi Hiburan News Sejarah dan Legenda

Sorong, CakraNEWS.ID – Suasana semarak menyelimuti halaman Kantor Gubernur Papua Barat Daya pada Sabtu (10/5/2025), saat ratusan pelajar dan mahasiswa dari berbagai jenjang pendidikan di Kota Sorong berkumpul dalam gelaran Festival Tokok Sagu yang berlangsung hingga Minggu (11/5/2025).

Festival ini menjadi ajang perdana yang mempertemukan nilai-nilai pendidikan, pelestarian budaya, serta penguatan pangan lokal melalui proses tradisional pengolahan sagu atau yang dikenal dengan Tokok Sagu.

Kegiatan yang bertajuk “Menjaga Tradisi Bumi Papua” dengan sebuah persembahan di tanah Papua yang kaya akan hasil hutan dan keanekaragaman hayati dan budaya yang melekat serta menjadi warisan untuk terus di pertahankan.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Politeknik Pelayaran Sorong, masyarakat adat Suku Moi–suku asli Kota Sorong dan Pemerintah Kota Sorong. Selain itu, festival ini juga didukung oleh Kementerian Kebudayaan melalui Dana Indonesiana, sebagai bagian dari program nasional pelestarian budaya.

Ketua Umum Perempuan Moi, Barbalina Osok, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini yang dinilainya sebagai momen penting untuk memperkenalkan budaya pengolahan sagu kepada generasi muda.

“Ini hari yang baik untuk edukasi budaya kepada anak-anak sekolah. Mereka jadi tahu dan melihat langsung bagaimana satu pohon sagu diproses hingga menjadi tepung sagu,” ungkap Barbalina.

Ia juga berharap agar kegiatan serupa bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. “Kami sangat mendukung kalau festival ini bisa dilaksanakan setiap tahun, atau dua hingga tiga tahun sekali. Ini bukan hanya pelestarian budaya, tapi juga pendidikan karakter bagi anak-anak Papua,” katanya.

Festival ini menghadirkan para pelajar dari tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi di Sorong, yang diajak berpartisipasi langsung dalam praktik pengolahan sagu. Didampingi oleh para ibu dari komunitas Moi, para peserta belajar memangkas batang sagu, memarut, memeras, hingga mendapatkan tepung sagu alami.

Ketua Panitia Festival Sagu, Gigieh Cahya Permady, mengaku bangga atas keberhasilan proposal mereka yang terpilih secara nasional. Menurutnya, festival ini bukan sekadar pertunjukan budaya, tetapi ruang belajar yang inklusif dan menyenangkan bagi generasi muda.

“Festival ini menjadi titik awal untuk menumbuhkan kembali kebanggaan terhadap budaya lokal. Harapannya, ini bisa menjadi agenda tahunan dan mendorong munculnya festival-festival kebudayaan lainnya di Papua Barat Daya,” ujarnya.

Festival Sagu menjadi momentum penting di tengah arus globalisasi yang sering kali menggerus nilai-nilai budaya tradisional. Kota Sorong kini menempatkan diri di garis depan sebagai pusat edukasi budaya Papua melalui kegiatan nyata yang menyentuh akar tradisi masyarakat.**CNI-09/Dolvi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *