Reinold “Koko” Pietersz: Dari Pahlawan Lapangan Hijau Persebaya ke Pelayan Masyarakat Surabaya

Adventorial Pelopor

Surabaya, CakraNEWS.ID– Reinold Pietersz, atau yang akrab disapa “Koko”, bukan sekadar nama di buku sejarah sepak bola Indonesia. Mantan penyerang tajam Persebaya Surabaya ini membuktikan bahwa tekad, kerja keras, dan konsistensi bisa mengubah nasib seseorang, dari pemain berbakat asal Maluku menjadi aparatur sipil negara yang mengabdi bagi masyarakat Surabaya.

Lahir di Ambon, 11 Maret 1974, Koko tumbuh besar di Tiou, Saparua, sebelum menempuh pendidikan di SD Negeri 2 Ambon, SMP Negeri 6 Ambon, dan SUPM Waiheru. Sejak remaja, bakat sepak bolanya sudah menonjol.

Ia memperkuat PSA Yunior Suratin pada era 1980-an, lalu naik ke tim senior PSA Ambon pada 1992–1993.

Kesempatan besar datang ketika PSA Ambon bertanding di Surabaya. Pertemuan itu menjadi titik balik: Koko memutuskan menetap di Jawa, tinggal bersama komunitas anak Ambon, dan kemudian direkrut Presgres Gresik (sekarang Gresik United) pada usia 19 tahun. Di klub inilah insting gol Koko mulai dikenal luas.

Momentum penting terjadi pada 1996. Koko dipanggil memperkuat Jawa Timur di Pekan Olahraga Nasional (PON) Jakarta.

Ia mencetak gol penentu di final menghadapi Papua, membawa emas bagi Jawa Timur, sekaligus membuka jalannya ke klub impian: Persebaya Surabaya. Pelatih Jatim saat itu, mendiang Rusdi Bahalwan, langsung mengajaknya bergabung ke Bajul Ijo.

Di Persebaya, Koko kembali menorehkan sejarah. Pada final Liga Indonesia 1996/1997 di Stadion Gelora Bung Karno, ia mencetak gol ketiga dalam kemenangan 3–1 atas Bandung Raya, memastikan gelar juara bagi timnya.

Momen itu menjadikannya bagian dari generasi emas Persebaya, sekaligus menegaskan reputasinya sebagai “penentu kemenangan”.

Keberhasilan di lapangan juga membawa perubahan dalam hidupnya. Pemerintah Kota Surabaya menawarinya posisi aparatur sipil negara (ASN).

Pada usia 21 tahun, Koko resmi menjadi pegawai negeri pada 1997, setahun setelah puncak karier sepak bolanya. Ia tetap bermain hingga 2007 sebelum sepenuhnya mengabdikan diri sebagai ASN, khususnya di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) sejak 2008.

Sebagai ASN, Koko bertanggung jawab merawat dan mengawasi lapangan-lapangan sepak bola di seluruh Surabaya, dari tingkat kelurahan hingga stadion besar seperti Gelora 10 November Tambaksari dan Gelora Bung Tomo.

Baginya, menjaga lapangan adalah bentuk pengabdian nyata kepada masyarakat dan olahraga kota Surabaya.

Jejak karier Koko di sepak bola Indonesia juga luar biasa. Selain Persebaya dan Presgres, ia membantu Persela Lamongan promosi pada 2003, membawa Persekapas Pasuruan naik kasta pada 2004, mengantar Persiku Kudus lolos ke Divisi Satu pada 2005, dan turut mengembalikan Persebaya ke kasta tertinggi pada 2006.

Rentetan prestasi itu membuatnya dikenal sebagai salah satu pemain dengan perjalanan karier paling lengkap di Tanah Air.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *