Bula, CakraNEWS.ID – Wakil Bupati Seram Bagian Timur (SBT), Muh. Miftah Thoha Rumarey Wattimena, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan Program BangKIT (Pengembangan Penghidupan Masyarakat yang Inklusif di Pedesaan Kawasan Timur Indonesia) yang diinisiasi Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI).
Apresiasi tersebut disampaikan Wabup Wattimena saat membuka Achievement Seminar Program BangKIT yang digelar di Aula Kementerian Agama Kabupaten SBT, Selasa (3/6/2025).
Seminar ini mengusung tema “Berbagi Pembelajaran Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan yang Inklusif di Pedesaan Kabupaten Seram Bagian Timur”, dan menjadi ajang refleksi atas capaian serta tantangan program yang telah berjalan sejak 2023.
Dalam sambutannya, Wattimena menekankan bahwa Kabupaten SBT adalah daerah yang kaya potensi, baik dari sisi sumber daya alam, budaya, maupun semangat gotong royong masyarakat.
Namun, ia juga menyoroti sejumlah tantangan yang masih dihadapi, seperti keterbatasan akses pembangunan, rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), serta tingginya angka kemiskinan di wilayah-wilayah terpencil.
“Program BangKIT sangat relevan dan strategis. Ia membawa semangat baru dalam menciptakan penghidupan yang inklusif dan berkelanjutan, dengan menempatkan masyarakat desa sebagai subjek utama pembangunan,” ujar Wattimena.
Program BangKIT yang telah berjalan selama dua tahun di SBT mencatat berbagai capaian signifikan. Beberapa di antaranya adalah terbentuknya kelompok usaha masyarakat berbasis desa, meningkatnya partisipasi perempuan dan pemuda dalam proses pengambilan keputusan komunitas, serta pelatihan peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan konteks lokal.
Program ini juga berhasil memperkuat jejaring kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sektor swasta.
“Keberhasilan ini adalah hasil kerja kolektif. Saya mengapresiasi semua pihak yang telah terlibat baik pendamping, pemerintah desa, masyarakat, maupun mitra pembangunan lainnya. Ini merupakan bentuk nyata dari kolaborasi yang produktif,” tambahnya.
Wabup Wattimena berharap praktik-praktik baik yang telah dihasilkan oleh Program BangKIT dapat direplikasi ke desa-desa lainnya di seluruh wilayah SBT, agar dampaknya terus berlanjut bahkan setelah intervensi program berakhir.
Menariknya, di sela kegiatan seminar, Wabup Wattimena turut menunjukkan dukungannya terhadap pemberdayaan ekonomi lokal dengan memborong seluruh produk UMKM masyarakat desa yang dipamerkan dalam bazar. Aksi spontan ini menjadi simbol komitmen Pemerintah Daerah dalam mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif berbasis desa.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, Muhammad Yusran Laitupa, menjelaskan bahwa Program BangKIT mulai diimplementasikan di Kabupaten SBT pada April 2023, dengan mendampingi 30 desa tertinggal dan sangat tertinggal di empat kecamatan. Pada Oktober 2024, pendampingan diperluas ke empat desa replikasi, sehingga total terdapat 34 desa dampingan.
“Pendekatan utama program ini adalah pengembangan model perencanaan penghidupan yang inklusif dan partisipatif, berbasis masyarakat, serta terintegrasi dengan perencanaan pembangunan dari tingkat desa hingga kabupaten,” jelas Laitupa.
Selama dua tahun pelaksanaan, tercatat sebanyak 3.026 orang, termasuk perangkat desa dan masyarakat (dengan keterwakilan perempuan sebesar 49%), telah terlibat langsung dalam proses perencanaan desa yang berorientasi pada penghidupan berkelanjutan.
Laitupa menambahkan, terdapat 74 kader desa dari 31 desa yang telah terlatih secara khusus sebagai penggerak perencanaan dan pelaksanaan peningkatan penghidupan masyarakat. Selain itu, 17 staf Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan 23 staf kecamatan telah dilatih sebagai pelatih (trainer) bagi fasilitator lokal.
Selama fase implementasi, Program BangKIT memberikan berbagai bentuk dukungan teknis seperti pelatihan di bidang pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan hasil sagu dan pala, kerajinan, pengelolaan keuangan, hingga manajemen Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tak hanya itu, program juga menyalurkan paket stimulan sebagai modal awal pengembangan usaha masyarakat desa.
“Hingga akhir 2024, sekitar 90 paket stimulan telah disalurkan kepada 1.288 penerima manfaat, dengan proporsi perempuan sebesar 57%. Jumlah ini akan bertambah seiring distribusi 12 paket stimulan tambahan untuk empat desa replikasi,” ungkap Laitupa.
Ia menegaskan bahwa pembelajaran utama dari pelaksanaan Program BangKIT adalah pentingnya proses perencanaan yang partisipatif, intensifnya pendampingan teknis, serta pentingnya sinergi antarpihak dari tingkat desa hingga kabupaten dalam mendukung aktivitas penghidupan masyarakat, termasuk melalui dukungan anggaran yang memadai.
“Harapan kami, praktik baik dari Program BangKIT bisa menjadi model replikasi di daerah lain dan terus mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan,” pungkas Yusran Laitupa.***CNI-06