Wali Kota Bodewin Wattimena Kukuhkan Raja Urimessing: Sapa Bale Batu, Batu Gepe Dia

Adventorial News

Fellix Tisera dan Sebuah Janji untuk Negeri: Kebangkitan Urimessing dari Siwang

Ambon, CakraNEWS.ID— Di Dusun Siwang, yang dikelilingi kabut pagi dan aroma kalsik pulau Ambon, sejarah kembali menulis namanya. Pada Jumat, 30 Mei 2025, di tengah prosesi adat yang sarat makna, Fellix Audhy Tisera resmi dilantik sebagai Raja Negeri Urimessing.

Ia bukan sekadar dilantik—ia diminta bersumpah, memikul janji, dan menjadi wajah harapan sebuah negeri yang telah lama menanti pemimpinnya.

Pelantikan ini dipimpin langsung oleh Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, yang tidak hanya hadir sebagai pejabat negara, tetapi sebagai anak negeri, putra Urimessing, yang tahu betul bahwa raja bukan sekadar jabatan, melainkan perjanjian spiritual antara manusia, tanah, dan leluhur.

“Sapa bale batu, batu gepe dia. Sapa langgar sumpah, sumpah makang dia,” ujar Wali Kota dengan lantang, menggunakan dialek Ambon yang menggema di antara warga.

Sebuah peringatan sakral yang diwariskan para orang tua: bahwa kekuasaan tak bisa dijalankan sembarangan. Ada yang lebih besar dari kekuasaan—yaitu tanggung jawab.

Raja yang Lahir dari Pergumulan

Negeri Urimessing tidak mendapatkan rajanya dengan mudah. Ini adalah hasil dari perdebatan panjang, proses adat yang teliti, dan pergumulan emosional yang dalam.

Di sinilah, kata Wali Kota, peran pemerintah hadir bukan untuk mencampuri adat, tetapi menjembatani konflik, menyusun aturan sesuai Perda, dan memastikan setiap proses berjalan adil dan sah.

“Kalau sudah dilantik, artinya seluruh rangkaian adat sudah tuntas,” tegas Wattimena.

Dalam acara yang dihadiri sejumlah tokoh penting—termasuk Wakil Wali Kota Ely Toisuta, Pj. Sekkot Robby Sapulette, serta jajaran Forkopimda dan OPD—suasana yang tercipta tidak hanya formal, tetapi juga sarat haru. Bagi masyarakat Urimessing, ini lebih dari sekadar pelantikan.

Ini adalah momentum pulihnya identitas, bersatunya masyarakat, dan awal dari babak baru.

Pemimpin yang Harus Melayani, Bukan Dilayani

Dalam pidatonya yang penuh semangat dan sesekali menyentuh sisi emosional, Wali Kota Bodewin menyampaikan tiga pesan penting.

Pertama, bahwa jabatan raja adalah amanah luhur, bukan hasil politik suka atau tidak suka. Kedua, pemimpin harus mampu mengubah duka menjadi syukur—menjadi solusi, bukan sumber masalah.

Dan ketiga, bagi warga yang masih belum menerima hasil ini, ia mengingatkan:

“Yang punya, silakan ambil. Yang bukan, jang galojo. Di Ambon, yang bukan punya lalu ambil, pasti mati. Kalau jabatan itu dari Tuhan, berbesar hatilah menerima.”

Dengan suara tegas namun jujur, ia meminta seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk mendukung program pembangunan Kota Ambon, terutama 17 program prioritas yang mengarah pada kota yang inklusif, toleran, dan berkelanjutan.

Janji Sang Raja Baru

Sementara itu, di tengah peluh dan sorak kebahagiaan, Raja Fellix Audhy Tisera tampil sederhana namun penuh keyakinan. Dihadapan masyarakat dan para pemimpin, ia menyatakan komitmennya:

“Saya siap menjalankan tugas sebagai raja dengan sebaik-baiknya. Saya akan patuh pada perundang-undangan dan nilai-nilai adat yang diwariskan leluhur,” ujarnya mantap.

Ia tahu, tugas di depan mata tidak mudah. Tapi dengan dukungan semua pihak, ia yakin bisa membawa Negeri Urimessing ke arah yang lebih baik.

Dan pagi itu di Siwang, di mana tanah basah menyimpan jejak sejarah dan angin membawa doa-doa dari gunung dan laut, Raja Fellix tidak hanya dilantik, ia diterima. Oleh negeri, oleh adat, oleh rakyatnya. *** Roel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *