Mayjen (PURN) Yan Louhenapessy: 45 Tahun Operasi Seroja, Mengenang Peran ARMED Yang Nyaris Terlupakan

Sejarah dan Legenda

CakraNEWS.ID- Kisah tentang Operasi Seroja yang dimulai pada Minggu pagi, 7 Desember 1975 di Dili, lazim hanya dikenal dari penerjunan Nanggala V Kopassandha, Brigif 17 Linud dan Brigif 18 Linud Kostrad. Tidak banyak kisah dari satuan lain terungkap, yang sejatinya peran mereka tidak pula kecil.

Seperti kita ketahui, Operasi Seroja dibuka dengan bombardemen kapal perang TNI AL di lepas pantai Dili. Empat kanon 100 mm dan delapan kanon 57 mm dari KRI Ratulangi memuntahkan peluru ke arah perbukitan selatan Dili.

Bertindak sebagai Komandan Satgas Letkol inf Feisal Tanjung yang merupakan Kasbrig 17 Linud. Satgas ini bertugas menyerang ke selatan untuk merebut Venilale, Ossu, dan Viqueque.

Komposisi Seksi Armed dilengkapi dengan pengatur pimpinan penembakan dipimpin langsung oleh perwira Baterai, perwira peninjau Peltu Hadi, perwira amunisi Capa Suyono, perwira pengukur medan Peltu Sembiring, dan regu bantuan SMR (senapan mesin ringan) dipimpin Serma Sembiring. Selang sehari pendaratan Baterai Armed 12, Armed Marinir kembali didaratkan di pantai Baucau.

“Saya berjumpa dengan Lettu Mar Tri Joko yang sudah almarhum,” kata Yan. Yan mengaku cukup akrab dengan perwira Armed Marinir ini, karena sama-sama mengikuti kursus dasar kecabangan artileri medan di Pusdik Armed TNI AD.

KISAH PERTEMPURAN

Banyak kisah pertempuran dialami Seksi Armed 12 selama beroperasi dari daerah Baucau menuju selatan. Di antaranya saat akan merebut Venilale yang masih berada di distrik Baucau. Dalam operasi ini banyak jatuh korban dari pasukan infanteri. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya merebut sebuah jalan tikungan menanjak berbentuk huruf S Fatumaca yang dipertahankan musuh mati-matian.

“Pasukan tertahan sekitar enam hari, pada hari ke-10 dibentuk Satgas Yonif 330 diperkuat Yonif 310 dengan Dansatgas Kasbrig 17 Letkol inf Feisal Tanjung untuk merebut letter S itu,” jelas Yan. Akhirnya pada hari ke-12, Kompi A Yonif 330 dipimpin Lettu Inf Siringoringo dan Kompi C dipimpin Lettu Inf Purnawa berhasil merebut Fatumaca.

Alumni Seskoad 1991 ini mengisahkan kesulitan pasukan untuk merebut Vanilale. Seksi Armed masuk stelling pada posisi 3 tiga kilometer di daerah terlindung sebelum Letter S, untuk memberikan bantuan tembakan (Bantem) saat pasukan melakukan serangan.

Kondisi alam cukup menantang dan menanjak, dingin dan berkabut. Jarak pandang sekitar lima meter, sehingga sangat sulit untuk melakukan kontak dan pengecekan posisi pasukan kawan maupun anak buah. Setelah merebut Venilale gerakan dilanjutkan untuk merebut Ossu. Dalam perebutan Ossu, gerakan pasukan infanteri juga tertahan karena musuh bertahan di sepanjang lereng Gunung Monte de Paira. Musuh juga bertahan di dalam bangunan bekas asrama. Perebutan Ossu dimotori oleh Kompi A Yonif 310 dipimpin Lettu Inf Djoko Subroto dan Kompi C Yonif 330 dipimpin Lettu Inf Purnawa.

“Seksi Armed kembali berperan masuk stelling di persawahan Uma Ana Ico untuk memberikan Bantem saat merebut Ossu,” aku abituren Sesko ABRI 1994 ini. Setelah Ossu direbut, gerakan dilanjutkan merebut Viqueque.

Tank yang ditumpangi Komandan Satgas berhasil masuk dan merebut Kota Viqueque. Tugas pengamanan dan pembersihan sekitar Viqueque kemudian diserahkan kepada Yonif 310 dipimpin Letkol Inf HBL Mantiri. Seksi Armed ikut di-BP-kan ke Yonif 310 untuk melakukan perebutan sasaran di sekitar kota dan lapangan terbang Viqueque. Tugas menduduki dan mengamankan lapangan terbang diserahkan kepada Seksi Armed 12 Para diperkuat dua tank amfibi.

“Dari hari ke hari kami menghitung korban pasukan infanteri yang berjatuhan terutama dalam perebutan Markas musuh Aloclaran posisi didaerah pegunungan. Karena korban terus berjatuhan Seksi Armed 12 diperintahkan untk full membantu,” urai Yan.

Karena jarak capai meriam 76 mm hanya 8.750 meter bila masuk stelling di Kota Viqueque, tidak bisa melindungi pasukan infanteri dalam perebutan Aloclaran. Karena itu Danyon 310 memerintahkan Seksi Armed untuk membongkar dua pucuk meriamnya untuk membantu gerakan pasukan infanteri agar dapat memenuhi jarak capai tembakan dalam perebutan sasaran.

Satu pucuk meriam dibongkar menjadi delapan bagian utama dan diangkut dengan enam ekor kuda. Empat ekor kuda lainnya untuk mengangkut amunisi. Kemudian Seksi Armed masuk stelling dua kilomneter dari kota ke arah gunung. Dari posisi ini baru dapat melindungi Kompi Yonif 310 yang merebut Aloclaran. Dalam perebutan ini juga banyak jatuh korban.

Setelah perebutan Aloclaran, Seksi Armed diperintahkan menuju Pantai Beaco arah selatan Viqueque. Seksi Armed Para akhirnya juga harus kehilangan satu orang prajuritnya yang tertembak saat embarkasi di pantai Beaco, Viqueque. Selama gerakan dari Baucau ke Viqueque, Lettu Yan Louhenapessy mendapat dua kali musibah.

Pertama, sakit di pencernaan hingga mengalami buang air besar berdarah. Menurut Yan, gara-garanya makan ikan asin saat magrib pakai asam jeruk besar, yang tahu-tahunya bukan asamnya yang dimakan tapi getahnya yang ditelan.

Kedua kalinya terkena ranjau buatan yang dikemas berbentuk kail atau pancing. Ranjau ini menghantam kakinya dan masuk ke dalam tulang kering. Karena dihantam ledakan ranjau, Yan sampai terlempar hingga tergantung di ketinggian sekitar dua meter dari permukaan tanah.

“Waktu ranjau dipaksa untuk diambil, saya pingsan dan baru sadar tengah malam sudah diamankan anggota di dalam gereja,” tutur Yan.

Persisnya 15 Agustus 1976, Seksi Armed diperintahkan naik kapal perang jenis LST KRI Teluk Amboina menuju Dili. Dua hari kemudian, 17 Agustus subuh, kapal tiba di Dili. Karena bertepatan dengan hari Kemerdekaan RI, hanya beberapa anggota saja yang bisa mengikuti upacara Kemerdekaan.

Setelah usai upacara, seluruh pasukan melakukan pengecekan terakhir untuk kembali ke Surabaya. Kapal berlayar dalam kondisi laut yang tidak bersahabat. “Syukur kepada Tuhan YMK, kami tiba di Tanjung Perak Surabaya dengan selamat pada 23 Agustus,” jelas Yan.

Sebagai perwira Armed, Mayjen TNI (Purn) Yan Louhenapessy, Sip dikenal luas di lingkungan Korps Armed. Yan tercatat sebagai peserta KRA Lemhanas 1999. Saat sudah pensiun, Yan sempat menjadi nara sumber pemisahan Armed dan Arhanud oleh Mabesad. Seperti diketahui, Pussenart Kodiklat TNI AD kembali dipisah menjadi Pussenarmed dan Pussenarhanud pada 27 November 2006. Pemisahan ini berdasarkan Skep KSAD Nomor Kep/43/XI/2006 tanggal 27 November 2006.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *