ODP Covid-19 Kabupaten SBB, Beberkan Data Tracking 135 Pasien Dari Kadis Kesehatan SBB “Hoax”

Kesehatan

Piru,CakraNEWS.ID- Pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat, dr Anis Tapang, yang diberitakan disalah satu media cetak di Kota Ambon mengenai hasil trecking pasein kasus 10 ODP Covid-19 asal Kabupaten SBB dengan dugaan 135 orang masuk ODP, di bantah oleh E.W (21) pasien ODP yang dirujuk dari Rumah Sakit Umum Daerah Piru, Kabupaten SBB  ke RSUD dr,M.Haulussy Ambon.

E.W, ODP Covid-19 rujukan RSUD Piru, yang dihubungi CakraNEWS.ID melalui telephone selulernya, pada Selasa (14/4/2020) menuturkan, dirinya yang saat ini tengah menjalani pemulihan di ruangan isolasi RS dr Suharjo, Lantamal IX Ambon, sempat shock mendengar pernyataan Kadis Kesehatan SBB, dr Anis Tapang yang juga merengkap sebagai ketua tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19, di salah satu media cetak terkait dengan 135 orang di Kabupaten SBB masuk dalam ODP Covid-19  sesuai tracking pasien kasus 10 yang tidak lain adalanya dirinya sendiri.

“Setelah pagi tadi, saya membaca berita di salah satu media cetak di Kota Ambon, bahwa trecking pasien kasus 10 asal SBB dapati 135 orang,saya sempat shock serta merasa heran dan terkejut. Masalahnya, sejak pulang berlibur dari Jogja ke Kota Ambon,Maluku tanggal 17 Maret 2020, saya tinggal dirumah keluarga saya di daerah Kudamati Kecamatan Nusaniwe. Tanggal 21 Maret 2020 saya bersama dengan orang tua saya pulang kampung ke Desa Piru. Selama berada di Kota Ambon maupun di Piru Saya tidak pernah keluar rumah,”tutur EW dengan nada kesal.

EW menuturkan, sejak berada bersama dengan orang tuanya di Desa Piru, tanggal 25 Maret 2020, tubuh sempat merasa demam, namun tidak demam tinggi selama satu hari. Untuk menurunkan panas tubuhnya yang membuat dirinya merasa mering, EW kemudian meminum obat parasetamol untuk menurukan panas tubuhnya.

Kemudian tanggal 27 Maret 2020, karena panas tubuhnya tidak turun, orang tua EW akhirnya menelpon petugas kesehatan Puskesmas Piru, untuk membantu mengukur suhu tubuh EW di rumah keluarganya di Desa Piru.

“Suhu tubuh saya saat diperiksa oleh petugas kesehatan Puskesmas Piru berada pada 39 derajat celcius. Karena melihat suhu panas tubuh saya tinggi, oleh petugas Puskesmas Piru saya kemudian di bawah ke RSUD Piru untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan, berupa tensi darah dan pemesangan infus. Namun masih karena mengalami demam tinggi, saya kemudian di rujuk ke RSUD dr M.Haullusy Ambon dan kemudian di bawa lagi untuk di isolasikan di RS dr Suharjo Lantamal  IX Ambon,” tutur EW.

EW mengatakan, selama menjalani pemeriksaan kesehatan dari dokter di ruangan isolasi RS dr Suharjo Lantaman IX Ambon, pada Sabtu (27/3/2020), kondisi tubuhnya akhirnya pulih kembali. Sehingga tanggal 4 Maret 2020, oleh dokter Rs dr Siharjo yang memeriksa dirinya sudah memperbolehkan untuk melepas infus di lengannya.

EW juga, merasa heran dengan hasil trecking dari  P2P puskesmas Piru   hanyak mencakup 45 orang berbeda dengan apa yang di sampikan oleh dr Anis Tapang selaku Kadis Kesehatan Kabupaten SBB, di media terkait dengan hasil trackingnya mencakup 135 orang kasus 10 Covid-19  Kabupaten SBB.

“ Selama tiba di Piru bersama orang tua saya, pada tanggal 21 Maret 2020, saya tidak pernah keluar rumah maupun ke gereja. Saya keluarga hanya waktu mengalami demam dan dibawah untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan di RSUD Piru dan kemudian di rujuk ke RSUD dr M.Haulussy Ambon dan menjalani isolasi di RS dr Suhajro Lantamal IX Ambon. Jadi kalau, Kadis Kesehatan SBB, dr Anis Tapang yang juga Ketua Gugus penanganan covid-19 Kabupaten SBB, mengatakan hasil tracking 135 orang itu Hoax dan dapat data dari mana, karena ketua gugus tidak pernah kontak dengan saya selama di ruangan isolasi RS dr Suharjo Ambon,”beber EW.

EW menambahkan selama berada di RS dr Suharjo Lantamal IX Ambon,dirinya hanya di telpon oleh seseorang yang ia juga tidak tau siapa sebenarnya, yang menanyakan berapa anggota keluarga di dalamnya rumah orang tuanya di Ambon maupun yang ada di Desa Piru. EW juga menegaskan keberadaan dirinya selama di Desa Piru tidak pernah keluar rumah begitupun di Kota Ambon tidak pernah keluar rumah,ke tetanggapun tidak pernah. Sehingga dirinya sangat menyesalkan pernyataan yang dilontarkan Kadis Kesehatan Kabupaten SBB ke media terkait hasil trecking di SBB mencakup 135 orang

“ Jangan konfrensi pers kalau mengir-gira hasil tracking 135 orang yang pada akhirnya membuat masyarakat menjadi  panic. Saya merasa kasian dengan masyarakat dengan pemberiataan informasi Hoax pasti warga akan meras panic. Bagi saya sendiri tidak pernah stress dengan kondisi yang ada, tetapi kasihanmasyarakat di Kabupaten SBB, karena termakan dengan  pemberitaan Hoax sampai ketakutan,”kesal EW.

Di sisi lain, Ketua Gugus penanganan Covid-19 Kabupaten SBB, dr Anis Tapang, yang dikonfirmasi CakraNEWS.Id melalui telephone selulernya menjelaskan,terkait dengan hasil tracking pasien 135 orang di ibaratkan dengan seorang tukang ojek yang setelah melakukan aktifitasnya akan kembali ke rumah. Di dalam rumah semisal ada 7 orang dalam rumah si pasien, tentunya akan mengalami kondisi yang sama. Itulah proses perhitungan sesuai tracking.

Diwaktu yang sama, M.W, orang tua pasien EW, yang dikonfirmasi CakraNEWS,ID melalui telephone selulernya, mengatakan keluarganya dalam kondisi baik-baik dan tidak mengalami sakit-sakit apalagi mengalami gejala ODP.

“Kami dari pihak keluarga pasien EW, telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pengambilan dari petugas kesehatan Provinsi Maluku. Kami keluarga baik-baik saja dan tidak ada yang mengalami gejala sakit apalagi ODP Covid-19,”ungkap MW. (CNI-04)  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *