Ambon, CakraNEWS.ID — Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga dan melestarikan adat istiadat sebagai warisan budaya yang menjadi identitas masyarakat Maluku, khususnya di Kota Ambon.
Komitmen tersebut ditunjukkan melalui kehadiran langsung Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena, dalam Acara Adat Cuci Negeri Soya yang digelar di Rumah Raja Negeri Soya, Jumat (12/12/2025).
Kehadiran orang nomor satu di Kota Ambon itu sekaligus menandai pembukaan resmi rangkaian kegiatan adat yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur Negeri Soya.
Tradisi Cuci Negeri sendiri merupakan ritual adat yang sarat dengan nilai spiritual, kebersamaan, serta penghormatan terhadap alam dan leluhur sebagai bagian dari kehidupan masyarakat adat.
Dalam sambutannya, Wali Kota Ambon Bodewin M. Wattimena menegaskan bahwa Adat Cuci Negeri Soya bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan warisan luhur yang harus dijaga dan dirawat oleh seluruh generasi.
“Adat Cuci Negeri Soya ini adalah warisan turun-temurun yang diberikan oleh kakek-nenek moyang, para datuk Negeri Soya, untuk anak cucu Negeri Soya hari ini,” ungkap Wattimena.

Ia menyampaikan rasa syukur karena hingga saat ini tradisi tersebut masih tetap hidup dan dilaksanakan dengan penuh khidmat oleh masyarakat adat Soya.
“Kita patut bersyukur karena adat ini masih terus terjaga, tetap lestari, dan masih bisa dilakukan sampai hari ini. Ini menunjukkan kuatnya komitmen masyarakat dalam menjaga identitas adatnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wattimena menekankan bahwa pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, telah memberikan pengakuan resmi terhadap nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam Adat Cuci Negeri Soya. Pengakuan tersebut menjadi bukti bahwa adat istiadat bukanlah sesuatu yang tertinggal oleh zaman, melainkan bagian penting dari pembangunan karakter bangsa.
“Pemerintah telah memberikan pengakuan bahwa Adat Cuci Negeri Soya merupakan warisan budaya tak benda yang diakui secara resmi. Ini bukan hanya menjadi ciri khas Negeri Adat Soya, tetapi juga menjadi identitas dan kebanggaan Kota Ambon,” jelasnya.
Meski demikian, Wali Kota mengingatkan bahwa pelestarian adat tidak boleh berhenti pada kegiatan seremonial semata.
Menurutnya, nilai-nilai adat harus dihidupi dalam keseharian masyarakat, serta diwariskan secara konsisten kepada generasi muda agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
Wali Kota juga mendorong seluruh negeri adat di Kota Ambon untuk kembali menghidupkan nilai-nilai pela dan gandong sebagai fondasi persaudaraan dan perdamaian.
“Saya ingin agar tahun depan semua negeri adat yang memiliki pela mengadakan panas pela. Yang punya gandong, adakan panas gandong. Supaya anak cucu kita mengerti bahwa kehidupan ini dibangun atas dasar hidup bersama, saling menyayangi, dan saling menghargai. Ambon tidak boleh lagi menjadi tempat konflik,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Wattimena turut menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh pemangku adat Negeri Soya yang selama ini konsisten menjaga dan mempertahankan tradisi Cuci Negeri dari generasi ke generasi.
“Terima kasih kepada para pemangku adat Negeri Soya yang terus menjaga dan mempertahankan adat ini dari waktu ke waktu. Tanpa komitmen para pemangku adat, warisan budaya ini tentu sulit bertahan,” ucapnya.
Sementara itu, Raja Negeri Soya, Herve Rene Jones Rehatta, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran orang tua dan tokoh adat dalam menanamkan nilai-nilai adat kepada generasi muda.
Menurutnya, keberlangsungan adat sangat ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai tersebut diajarkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Jangan lupa untuk terus menceritakan adat ini kepada anak-anak, agar kelak mereka dapat menurunkannya lagi kepada generasi berikutnya. Masyarakat yang bermoral adalah masyarakat yang memiliki adat. Adatlah yang membentuk moral, agar kita tidak bergeser dari nilai-nilai kemanusiaan,” pungkas Raja Soya.***CNI-01
